PERENCANA PENGEMBANGAN INDUSTRI DI PROPINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN MENGINTEGRASIKAN METODE LOCATION QUOTIENT DAN ANALISIS BERTINGKAT (ANALYTICAL HIERARTYCAL PROCESS)
Abstract
Kopetisi di dunia yang semakin ketat diera globalisasi dan perdagangan bebas APEC, mengharuskan pengembangan industri provinsi Kalimantan Timur, Industri di propinsi Kaltim terdapat kesenjangan wilayah yang cukup besar antara Pulau Jawa dan Luar Pulau Jawa, diantaranya dalam hal jumlah unit usaha industri besar dan sedang, kontribusi sektor industri non migas, investasi sektor industri PMA dan PMDN, serta luas lahan kawasan industri
Hasil perhitungan Location Quotient (LQ) Tahun 2016, maka secara rata-rata dapat diidentifikasikan sektor-sektor yang merupakan sektor basis (nilai LQ>1) adalah sektor Pertambangan dan Penggalian (dengan sub sektor basis : Minyak dan Gas Bumi dan Pertambangan Tanpa Migas dengan nilai LQ masing-masing sebesar 3,81 dan 10,12) dengan nilai LQ keseluruhan 5,95. Sektor Pertambangan dan Penggalian merupakan sektor yang memiliki keunggulan sehingga mampu memenuhi kebutuhan di dalam Provinsi Kalimantan Timur serta mempunyai potensi untuk diekspor ke daerah di luar Kalimantan Timur. Sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian adalah sektor yang mampu menjadi sektor basis dominan di beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur.
Hasil analisis Klassen Tipology terhadap PDRB Provinsi Kalimantan Timur tahun 2015-2016 sektor yang dikategorikan sebagai sektor potensial, yaitu sektor yang mempunyai kontribusi rata-rata tinggi namun tertekan yaitu sektor “Pertam-bangan dan Penggalian” dan Industri Pengolahan. Pembangunan ekonomi dengan mengacu pada kedua sektor tersebut selain berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi juga akan berpengaruh pada perubahan mendasar dalam struktur ekonomi. Sektor “Pertanian”, “Listrik, Gas dan Air Bersih”, “Bangunan”, Perdag. Hotel dan Restoran”, Pengangkutan dan Komunikasi”, Keuangan Persewaan, dan Jasa Perusahaan”, dan “Jasa-Jasa” termasuk ke dalam sektor berkembang, Sementara sektor-sektor yang tergolong ke dalam sektor prima dan terbelakang tidak memiliki kontribusi dan nilai pertumbuhan
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Brodjonegoro, Bambang Permadi S dan Bey Sapta Utama. 1992. “AHP:Analytic Hierarchy Process”, Pusat Antar Universitas-Studi Ekonomi,Universitas Indonesia.
Richard L. Daft, 2010. Era Baru Manajemen. Edward Tanujaya, Edisi 9,Salemba Empat.
Sjafrizal, 1997. “Pertumbuhan Ekonomi Dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat”. Prisma, No.3. Hal:27-38
Sjafrizal, 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi (cetakan pertama). Padang: Baduose Media.
Stillwell, John and Clarke, Graham. (2004) Applied GIS and Spatial Analisys. England: John Wiley &Sons.
Saaty, T. L (1983), Decision Making For Leaders: The Analytical Hierarchy Process for Decision in Complex World. RWS Publication, Pittsburgh.
Tarigan, Robinson. 2004. Ekonomi Regional. Jakarta: Bumi Aksara.
Tarigan, Robinson. 2006. Perencanaan pembangunan wilayah. Jakarta: Bumi Aksara.
Umar, Husein, 2000, Studi Kelayakan Bisnis – Manajemen Metode dan Kasus, Cetakan ke Empat, PT. Gramedia, Jakarta
Warpani, Suwardjoko. 2001. Analisis Kota dan Daerah, Penerbit ITB, Bandung
DOI: https://doi.org/10.31315/opsi.v11i1.2199
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Sekretariat :
Jurusan Teknik Industri
FTI UPN "Veteran" Yogyakarta
d.a Jalan Babarsari 2 Tambakbayan Yogyakarta 55281
Telp. (0274) 486256
Website http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi
email : [email protected]
indexed by:
This work is Licensed Under a Creative Commons Attribution 4.0 International license.
View My Stats